Rusia dan Ukraina berebut Selat Kerch

Ukraina menuduh Rusia melanggar hukum maritim dengan membatasi Selat Kerch di pinggiran Krimea yang diduduki.

Ukraina menuduh Rusia melanggar hukum maritim dengan mencoba mengambil kendali eksklusif atas Selat Kerch.

Pada hari Senin, negara-negara yang bertikai saling berhadapan di pengadilan internasional di Belanda untuk memperdebatkan jalur air strategis yang menghubungkan daratan Rusia dengan Semenanjung Krimea yang diduduki.

Invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina dan pertempuran selama 31 bulan setelahnya memberikan kesempatan bagi kedua belah pihak untuk terlibat dalam sengketa hukum di Pengadilan Permanen Arbitrase (PCA) di Den Haag.

“Rusia ingin mengambil alih Laut Azov dan Selat Kerch untuk dirinya sendiri,” kata perwakilan Ukraina Anton Korynewycz kepada para arbiter pada pembukaan sidang.

“Ukraina hadir untuk membuktikan banyaknya pelanggaran hukum laut yang dilakukan Rusia dan untuk menunjukkan bahwa Rusia tidak berhak mengubah hukum laut,” tambahnya.

Kiev memulai proses pengadilan pada tahun 2016 setelah Moskow memulai pembangunan Jembatan Krimea sepanjang 19 kilometer (12 mil), yang menghubungkan daratan utama dengan semenanjung yang diambil dari Ukraina dua tahun sebelumnya.

Jembatan ini penting untuk pasokan bahan bakar, makanan, dan produk lainnya ke Krimea, tempat pelabuhan Sevastopol menjadi pangkalan bersejarah Armada Laut Hitam Rusia. Saat ini, jalur ini merupakan jalur pasokan penting bagi pasukan Moskow yang bertempur di Front Timur.

Kyiv, yang sebelumnya menyerang jembatan tersebut, ingin menghancurkannya. Ia mengklaim Rusia sengaja membangunnya rendah untuk menghalangi kapal internasional sekaligus mengizinkan kapal-kapal kecil Rusia melewati selat yang menghubungkan Laut Azov dengan Laut Hitam.

Menteri Luar Negeri Rusia Gennady Kuzmin membantah bahwa Moskow melakukan campur tangan dalam navigasi dan mengatakan bahwa pengadilan tidak berhak memutuskan masalah tersebut.

“Semua klaim Ukraina tidak berdasar, di luar yurisdiksi Anda dan harus ditolak seluruhnya,” kata Kuzmin.

Moskow mengklaim bahwa Ukraina ingin PCA mengambil keputusan mengenai kedaulatan Krimea, yang berada di luar cakupannya. Pengadilan memutuskan pada tahun 2020 bahwa Rusia benar dan meminta Ukraina untuk mengajukan kembali kasus tersebut.

Didirikan pada tahun 1899, PCA adalah pengadilan arbitrase tertua di dunia. Ini menyelesaikan perselisihan antar negara dan pihak swasta mengenai kontrak, perjanjian khusus dan berbagai perjanjian seperti Konvensi PBB tentang Hukum Laut.

Sidang dijadwalkan berlangsung hingga 5 Oktober. Seringkali diperlukan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, bagi pengadilan untuk mengambil keputusan.

Sumber