Para pengunjuk rasa menuntut AS berhenti mendukung perang Israel di Jalur Gaza dan Lebanon

Protes terjadi di seluruh Amerika Serikat terhadap dukungan militer Washington terhadap Israel. Risiko pecahnya konflik besar-besaran di Timur Tengah semakin meningkat.

Lusinan pengunjuk rasa berkumpul di Herald Square Kota New York pada Selasa malam, membawa tanda dan meneriakkan slogan-slogan. Aktivis anti-perang menuntut embargo senjata terhadap Israel karena Israel telah mengalihkan fokus senjatanya dari Gaza ke Lebanon.

Spanduk-spanduk itu berbunyi: “Lepaskan Lebanon sekarang” dan “Tidak ada perang AS-Israel di Lebanon,” menurut koalisi ANSWER, singkatan dari Act Now to Stop War and End Racism. Slogan-slogan yang diteriakkan antara lain “Lepaskan Timur Tengah”, “Bebaskan Palestina”, dan “Biden, Harris, Trump, dan Bibi; tidak ada seorang pun yang diterima di kota kami.”

Protes yang lebih kecil dengan slogan dan spanduk serupa terjadi pada Selasa malam yang hujan di dekat Gedung Putih di Washington.

“Serangan Israel di Lebanon dan pengepungan serta genosida yang sedang berlangsung di Jalur Gaza dimungkinkan oleh banyaknya bom, rudal, dan pesawat tempur yang disediakan oleh pemerintah AS,” kata koalisi ANSWER dalam sebuah pernyataan.

Ditambahkan, protes juga diselenggarakan di kota-kota lain, termasuk: di San Francisco, Seattle, San Antonio dan Phoenix.

Protes telah berlangsung di AS selama berbulan-bulan terhadap perang Israel di Jalur Gaza, yang telah mengakibatkan kematian hampir 41.500 orang (menurut kementerian kesehatan setempat), krisis kelaparan, dan pengungsian seluruh penduduk di wilayah kantong tersebut yang berjumlah 2,3 jiwa. juta, dan tuduhan genosida yang diajukan ke Mahkamah Internasional (yang dibantah oleh Israel).

Akibat serangan Israel di Lebanon yang dimulai pada Senin pagi, sedikitnya 560 orang tewas, termasuk 50 anak-anak, dan 1.800 orang luka-luka. Israel mengatakan pihaknya menyerang posisi Hizbullah sementara kelompok yang didukung Iran menembakkan roket dan rudal ke pos militer Israel.

Kekerasan tersebut telah menimbulkan kekhawatiran akan meluasnya perang regional yang dapat mengganggu stabilitas Timur Tengah. Para pemimpin negara-negara anggota PBB bertemu di New York minggu ini, dengan situasi di kawasan tersebut menjadi prioritas utama.

Sumber