Hassan Nasrallah sudah meninggal. Ulama ini kini digadang-gadang menjadi pemimpin Hizbullah


New Delhi:

Hassan Nasrallah sudah meninggal. Kematian pemimpin Hizbullah kini telah dikonfirmasi oleh kelompok dukungan Iran yang berbasis di Lebanon.

Perkembangan ini menimbulkan kekhawatiran dan spekulasi serius mengenai masa depan kelompok militan ini. Membunuh Nasrallah, yang telah memimpin Hizbullah selama 32 tahun, akan menjadi pukulan serius bagi organisasi tersebut.

UNTUK MEMBACA | Israel Mengatakan Pemimpin Hizbullah Sudah Mati: ‘Dia Tidak Akan Lagi Meneror Dunia’

Sekarang setelah dia tidak lagi terlibat, siapa yang akan memimpin serangan Hizbullah terhadap Israel dan apa pengaruhnya bagi masa depan kelompok bersenjata tersebut?

Warisan Nasrallah

“Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah tidak memegang jabatan publik apa pun, namun merupakan penguasa de facto Lebanon. Dia memerintah melalui pidato di televisi. Seluruh negara (bahkan mantan presiden dan perdana menteri) belajar tentang nasib negara mereka dan menyesuaikan kebijakan mereka berdasarkan apa yang mereka dengar, apa yang dikatakan Nasrallah,” Hussain Abdul-Hussain, seorang jurnalis veteran, pakar dan peneliti Timur Tengah di Foundation, mengatakan kepada NDTV Defense of Democracy di Washington.

UNTUK MEMBACA | Dalam politik Lebanon: Hizbullah, Iran dan pertarungan hegemoni yang lebih besar

Lahir pada tahun 1960 di Beirut Timur, kehidupan awal Hassan Nasrallah dibentuk oleh Perang Saudara Lebanon, yang memaksa keluarganya untuk kembali ke desa leluhurnya. Pada usia 15 tahun, ia bergabung dengan gerakan Amal, sebuah kelompok politik dan paramiliter Syiah. Perjalanan pendidikannya membawanya ke Irak untuk belajar Alquran, namun ia kembali ke Lebanon pada tahun 1978 karena tekanan pemerintah terhadap kelompok radikal Syiah.

Pada tahun 1982, setelah invasi Israel, ia beralih dari Amal ke Hizbullah, yang didirikan oleh Garda Revolusi Iran. Kepemimpinannya dimulai dengan sungguh-sungguh setelah pembunuhan pendahulunya, Abbas al-Musawi, pada tahun 1992. Di bawah Nasrallah, Hizbullah bertransformasi dari milisi yang berfokus pada perlawanan terhadap pendudukan Israel menjadi kekuatan politik di Lebanon.

Operasi Hizbullah di Lebanon selatan berkontribusi pada penarikan Israel pada tahun 2000, sebuah peristiwa penting yang secara signifikan meningkatkan reputasi Nasrallah. Penentangannya terhadap Israel tetap menjadi landasan kepemimpinannya, ketika ia menyatakan: “Saya tidak percaya pada negara Israel sebagai negara yang sah karena negara ini dibangun berdasarkan pendudukan.”

Akibat meninggalnya Nasrallah

Menggantikan Nasrallah akan menimbulkan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, terutama mengingat keberhasilan militer Israel yang telah menghancurkan struktur kepemimpinan Hizbullah. Kehilangan Nasrallah akan memperdalam permasalahan ini ketika kelompok tersebut menghadapi pertanyaan mengenai keamanan dalam negerinya setelah pembunuhan beberapa komandan penting dan serangan pager baru-baru ini yang mengguncang kelompok tersebut di seluruh Lebanon. Meskipun Hizbullah diperkirakan tidak akan runtuh sepenuhnya jika Nasrallah meninggal, pemecatannya tidak diragukan lagi akan merusak moral kelompok tersebut dan menjadi simbol kuat dominasi militer Israel.

“Hizbullah tidak akan jatuh jika Nasrallah dibunuh atau dilumpuhkan, tapi ini akan menjadi pukulan serius bagi moral kelompok tersebut. Hal ini juga akan menekankan keamanan Israel, keunggulan militernya, dan akses terhadapnya,” kata analis Lina Khatib dari Chatham House Policy Institute, dikutip kantor berita Reuters.

Konsekuensi potensialnya lebih dari sekedar moral; hal ini juga dapat mempengaruhi kemampuan militer Hizbullah.

Hizbullah terlibat dalam baku tembak selama setahun dengan Israel di perbatasan Lebanon, yang meningkat menjadi konflik terburuk sejak tahun 2006. Hizbullah telah meningkatkan serangan roketnya ke Israel sejak kelompok Palestina Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober. Menyusul serangan udara baru-baru ini di Beirut, Hizbullah melakukan beberapa serangan terhadap posisi Israel, yang menunjukkan upaya untuk menunjukkan kemampuan operasionalnya meskipun serangan Israel sedang berlangsung.

Kekosongan kepemimpinan

Persoalan suksesi nampaknya penting. Pemimpin baru mana pun harus dapat diterima oleh faksi internal Hizbullah dan pendukungnya di Iran. Saat ini, Hashem Safieddine dipandang sebagai calon pewaris Nasrallah.

Safieddine, yang mengawasi urusan politik Hizbullah dan merupakan anggota Dewan Jihad kelompok tersebut, juga merupakan sepupu Nasrallah dan memiliki latar belakang resmi yang sama. Pada tahun 2017, Departemen Luar Negeri AS menetapkannya sebagai teroris.

Nasrallah mempersiapkan Safieddine untuk menjadi pemimpin di berbagai posisi dalam organisasi. Ikatan keluarga, kemiripan fisik dengan Nasrallah, dan status agama berkontribusi pada potensi kepemimpinannya.



Sumber