Arab Saudi meluncurkan inisiatif global untuk Negara Palestina

Akhir pekan Kerajaan Arab Saudi mengungkapkan inisiatif baru yang bertujuan untuk mendirikan negara Palestina merdeka dan memajukan penerapan solusi dua negara.

Pejabat Saudi tersebut membuat pengumuman tersebut setelah beberapa dekade gagal dalam upaya internasional untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina, yang telah membawa wilayah tersebut ke ambang perang skala penuh.

Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan memperkenalkan Aliansi Global untuk Implementasi Solusi Dua Negara dalam pidatonya pada pertemuan tingkat tinggi yang dihadiri oleh Liga Arab, Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan Norwegia.

Pangeran Faisal menyatakan bahwa inisiatif tersebut merupakan upaya bersama antara negara-negara Arab dan Eropa, dan menyatakan bahwa pertemuan pertama aliansi tersebut akan berlangsung di Riyadh. Lebih lanjut, Josep Borrell, kepala urusan luar negeri Uni Eropa, membenarkan bahwa pertemuan lanjutan akan diadakan di Riyadh dan Brussels.

“Kami berkomitmen untuk berupaya mewujudkan rencana yang dapat diandalkan dan tidak dapat diubah untuk mencapai perdamaian yang adil dan komprehensif,” kata Pangeran Faisal, sambil menyerukan tindakan kolektif untuk mencapai hasil yang nyata, dengan fokus pada mengamankan gencatan senjata segera dan kemajuan menuju dua negara. larutan. , dan pembentukan negara Palestina yang merdeka.

Prakarsa ini dilatarbelakangi oleh konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, yang semakin intensif setelah serangan mematikan Hamas pada 7 Oktober, yang merenggut nyawa hampir 1.200 orang dan mengakibatkan ratusan sandera dibawa ke Gaza. Sebagai tanggapan, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran, yang secara signifikan merusak Jalur Gaza.

Pangeran Faisal mengutuk meningkatnya kekerasan, dan menyatakan bahwa perang telah memicu krisis kemanusiaan di Gaza dan mengkritik apa yang disebutnya sebagai “kejahatan” Israel di Tepi Barat dan di tempat-tempat suci penting umat Islam dan Kristen, termasuk Masjid Al-Aqsa.

Pangeran Faisal menekankan bahwa meskipun pembelaan diri adalah hak yang sah, namun hal tersebut tidak dapat digunakan untuk membenarkan jatuhnya korban sipil secara massal, pemindahan paksa, kelaparan atau tindakan dehumanisasi, termasuk penyiksaan sistematis dan kekerasan seksual, yang menurutnya telah didokumentasikan sebagai bagian dari perang Israel. . tindakan militer.

Arab Saudi secara konsisten berpendapat bahwa pembentukan hubungan diplomatik dengan Israel bergantung pada pembentukan negara Palestina berdasarkan perbatasan tahun 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Putra Mahkota Mohammed bin Salman menegaskan kembali posisi ini pekan lalu, mengutuk keras tindakan Israel di wilayah pendudukan Palestina dan menegaskan dukungan Kerajaan yang tak tergoyahkan terhadap pembentukan negara Palestina.

Sumber