Pendukung oposisi di Albania melakukan protes menuntut pemerintah mundur

Pendukung oposisi di Albania turun ke jalan menuntut pemerintah diganti dengan kabinet sementara yang bersifat teknokratis menjelang pemilihan parlemen tahun depan.

Oposisi konservatif telah lama menuduh kubu sosialis pimpinan Perdana Menteri Edi Rama melakukan korupsi, memanipulasi pemungutan suara dini, dan merebut kekuasaan peradilan.

Partai Demokrat yang dipimpin mantan Perdana Menteri Sali Berisha melancarkan protes di parlemen pekan lalu setelah salah satu anggotanya dihukum karena fitnah dan dipenjarakan dalam kasus yang dianggap bermotif politik. Ervin Salianji mengajukan banding atas putusan tersebut ke Mahkamah Agung.

Partai Demokrat, yang terkadang mengorganisir protes dengan kekerasan terhadap pemerintah sejak tahun 2013, juga menuntut agar Berisha dibebaskan dari tahanan rumah yang diperintahkan selama penyelidikan dugaan korupsi.

Pada hari Senin, beberapa ribu pengunjuk rasa berkumpul di depan gedung utama pemerintah di Tirana, meneriakkan: “Gulingkan kediktatoran” dan “Berisha, Berisha.” Setelah bentrokan singkat dengan polisi, mereka melemparkan bom molotov ke arah mereka.

Di depan markas Partai Sosialis yang berkuasa, mereka kembali melemparkan bom molotov dan membakar poster bergambar perdana menteri yang memimpin partai tersebut. Kemudian mereka melakukan hal yang sama di hadapan Kementerian Dalam Negeri dan Balai Kota.

Polisi menembakkan gas air mata di luar gedung parlemen untuk membubarkan mereka.

Ratusan petugas polisi mengambil posisi untuk melindungi institusi pemerintah. Polisi melaporkan bahwa lalu lintas diblokir di banyak jalan di pusat kota.

Polisi mengatakan 10 petugas terluka akibat bom molotov, kembang api, dan benda keras. Menurut media lokal, mata beberapa pengunjuk rasa berair karena gas air mata, dan beberapa dilarikan ke rumah sakit.

Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Flamur Noka mengakhiri protes tersebut dengan berjanji untuk melanjutkan “pembangkangan sipil”.

Kedutaan Besar Amerika Serikat memperingatkan warganya untuk menjauhi aksi protes tersebut.

Amerika Serikat dan Uni Eropa meminta pihak oposisi untuk melanjutkan dialog dengan pemerintah, dengan mengatakan bahwa kekerasan tidak akan membantu negara tersebut berintegrasi ke dalam 27 negara Uni Eropa.

Pada tahun 2020, UE memutuskan untuk melakukan perundingan keanggotaan penuh dengan Albania, dan akhir bulan ini Tirana akan memulai pembicaraan dengan blok tersebut mengenai keselarasan negara tersebut dengan posisi UE mengenai supremasi hukum, berfungsinya lembaga-lembaga demokrasi, dan pemberantasan korupsi. .

Sumber