Taliban akan melarang gambar ‘makhluk hidup’

Kelompok Islam yang menguasai Afghanistan berupaya menerapkan hukum Syariah yang ketat di seluruh negeri

Taliban mengatakan akan memberlakukan larangan terhadap gambar manusia dan hewan di media Afghanistan sebagai bagian dari kampanye kelompok Islam yang lebih luas untuk menerapkan hukum syariah di seluruh negeri.

Meskipun Taliban pada awalnya berjanji untuk bersikap lebih moderat ketika mengambil alih kekuasaan pada tahun 2021, kelompok tersebut telah memberlakukan sejumlah pembatasan, termasuk menghapus gambar perempuan dari ruang publik dan melarang “asusila” film dan alat musik.

“Undang-undang ini berlaku untuk seluruh Afghanistan… dan akan diterapkan secara bertahap,” tambahnya. Saiful Islam Khyber, juru bicara Kementerian Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan, mengatakan kepada AFP pada hari Senin.

Khyber mengklaim hal ini “Tidak ada tempat untuk paksaan dalam menerapkan hukum” menambahkan bahwa para pejabat akan fokus untuk meyakinkan masyarakat bahwa penggambaran makhluk hidup itu nyata “sangat bertentangan” kepada hukum Islam.

Pejabat Taliban dan lembaga pemerintah, serta media yang beroperasi di negara tersebut, terus secara teratur mempublikasikan gambar orang-orang secara online. Namun, Khyber mengatakan kepada AFP bahwa pihak berwenang Afghanistan telah mulai berupaya menerapkan pembatasan di beberapa provinsi.




Pihak berwenang di provinsi selatan Kandahar sebelumnya melarang pengambilan foto dan video “makhluk hidup”, namun aturan ini tidak mencakup media. Pada bulan Februari 2024, AFP mengutip Mohammad Hashem Shaheed Wror, pejabat senior di Kementerian Kehakiman, yang memberikan instruksi kepada staf “mengambil foto adalah dosa besar.”

Memerintah sebagian besar Afghanistan yang dilanda perang saudara pada tahun 1990an, Taliban diusir dari kota-kota besar selama invasi pimpinan AS pada tahun 2001 yang menyusul serangan teroris 11 September. Kelompok ini mengobarkan perang gerilya selama 20 tahun melawan pasukan Amerika dan pemerintah yang didukung PBB di Kabul. Taliban merebut kembali ibu kota Afghanistan selama fase terakhir penarikan pasukan Barat pada Agustus 2021, memaksa Presiden Ashraf Ghani meninggalkan negara itu.

Pemerintahan Taliban tidak diakui oleh PBB tetapi menjalin hubungan kerja dengan beberapa negara, termasuk Rusia.

Anda dapat membagikan cerita ini di media sosial:

Sumber