Clarissa Ward dari CNN merinci pengalamannya ditawan oleh milisi di Darfur Utara

Kepala koresponden internasional CNN, Clarissa Ward, dan timnya disandera awal bulan ini oleh milisi di Darfur Utara, ditahan selama sekitar 48 jam sebelum dibebaskan.

Di dalam laporan pengalaman di CNN.comWard menulis bahwa dia, juru kamera Scott McWhinnie dan produser Brent Swails mencoba mendapatkan akses ke Tawila, sebuah kota di bawah kendali SLM-AW, sebuah faksi dari Gerakan Pembebasan Sudan. Ini adalah pihak netral dalam perang saudara di Sudan Di sana, mereka berharap dapat mewawancarai para pengungsi yang melarikan diri dari kekerasan yang kini menjadi krisis kemanusiaan.

Namun mereka ditahan oleh milisi yang dipimpin oleh seorang pria yang disebut “jenderal”, yang rupanya mencurigai mereka sebagai mata-mata.

Mereka diinterogasi, tulisnya, dan “menjawab pertanyaan mereka tetapi tidak mendapat informasi apa pun: siapa orang-orang ini atau apa yang mereka inginkan dari kami.”

Ward menulis: “Selama 48 jam berikutnya kami dijaga oleh jenderal, kepala keamanan dan sekitar selusin tentara, beberapa di antaranya terlihat berusia tidak lebih dari 14 tahun. Sebagai satu-satunya perempuan dan tidak punya ruang pribadi untuk buang air, saya membatasi asupan air dan makanan. Tidur, ketika tiba waktunya, merupakan rahmat, kelegaan dari perasaan panik yang mengerikan karena tidak mengetahui kapan saya dapat bertemu dengan anak-anak saya lagi.”

Seorang anggota kepala keamanan milisi memperoleh nomor telepon rekan-rekan tahanannya untuk memberitahukan bahwa mereka aman. Ward mengatakan dia memberi mereka nomor telepon suaminya. Dia menulis: “Kami kemudian mengetahui bahwa seorang penutur bahasa Inggris telah menelepon suami saya dan istri Scott dari kota Port Sudan, ribuan mil jauhnya dari tempat kami ditahan, untuk mengatakan bahwa kami aman dan dalam keadaan sehat mengancam bahwa kami akan dipenjara selama bertahun-tahun jika mereka menceritakan hal ini kepada siapa pun.”

Akhirnya, sang jenderal dan kepala keamanan, setelah menghilang sekitar enam jam, memberitahu mereka bahwa mereka akan dibebaskan keesokan harinya. Ward dan McWhinnie bahkan berfoto bersama kepala keamanan di tepi matras tempat mereka ditahan.

“Sebagai seorang jurnalis, tidak ada seorang pun yang ingin menjadi berita. Namun pengalaman kami memberikan pelajaran dalam memahami kompleksitas konflik di Darfur dan tantangan dalam mendapatkan makanan dan bantuan bagi mereka yang paling membutuhkan dan menyebarkan cerita ini ke seluruh dunia,” tulis Ward.

Sumber