“Benda-benda sipil tidak boleh digunakan sebagai senjata”: Sekjen PBB tentang ledakan di Lebanon

Perangkat Hizbullah meledak secara bersamaan, menewaskan lebih dari 20 orang dan melukai ratusan lainnya di Lebanon.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan benda-benda sipil tidak boleh digunakan sebagai senjata setelah gelombang ledakan mematikan di Lebanon yang menargetkan peralatan komunikasi yang digunakan oleh Hizbullah.

“Saya pikir sangat penting adanya pengendalian yang efektif terhadap objek-objek sipil, dan bukan penggunaan senjata terhadap objek-objek sipil. Ini harus menjadi prinsip yang… pemerintah harus dapat menerapkannya,” kata Guterres pada hari Rabu dalam sebuah pengarahan di markas besar PBB di New York.

Ratusan pager nirkabel milik anggota kelompok yang didukung Iran meledak secara bersamaan pada hari Selasa, beberapa jam setelah Israel mengumumkan pihaknya memperluas tujuan perangnya di Gaza untuk mencakup perang melawan sekutu Lebanon, Hamas. Ledakan pada hari Selasa menewaskan 12 orang, termasuk dua anak-anak, dan melukai hingga 2.800 orang.

Guterres memperingatkan bahwa “ada risiko serius eskalasi kekerasan di Lebanon dan segala sesuatu harus dilakukan untuk menghindarinya.”

“Apa yang terjadi sangat serius bukan hanya karena jumlah korbannya, namun juga karena adanya indikasi bahwa hal tersebut dipicu, menurut saya, sebelum cara normal untuk memicu hal tersebut, karena terdapat risiko bahwa hal tersebut akan terjadi. telah menemukan.”

Menurut Kementerian Kesehatan Masyarakat Lebanon, ledakan alat peledak lebih lanjut terjadi pada Rabu malam, menewaskan sedikitnya sembilan orang dan melukai sekitar 300 orang.

Media pemerintah Lebanon melaporkan bahwa walkie-talkie yang digunakan oleh anggota Hizbullah meledak di Beirut pada hari Rabu; ledakan serupa juga terjadi di Lebanon selatan dan timur.

Hizbullah, yang hampir setiap hari melakukan serangan lintas batas dengan pasukan Israel untuk mendukung Hamas di Jalur Gaza, mengatakan bahwa mereka akan menanggapi serangan pager tersebut, yang menurut mereka dilakukan oleh Israel.

Israel belum mengomentari ledakan tersebut.

Sementara itu, Volker Turk, Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu bahwa mereka yang bertanggung jawab atas gelombang ledakan mematikan di Lebanon “harus dimintai pertanggungjawaban.”

“Serangan simultan terhadap ribuan orang, warga sipil atau anggota kelompok bersenjata, tanpa mengetahui siapa yang memiliki perangkat yang ditargetkan, di mana mereka berada dan di lingkungan apa mereka berada pada saat serangan, merupakan pelanggaran terhadap hukum hak asasi manusia internasional dan , sejauh berlaku, hukum humaniter internasional,” katanya.

Sumber