Misteri pertempuran berusia 3.000 tahun terjadi di Lembah Sungai Tollense di Jerman


New Delhi:

Di Lembah Sungai Tollense di timur laut Jerman, sebuah misteri yang berusia lebih dari tiga milenium terungkap. Apa yang saat ini tampak sebagai lanskap damai pernah menjadi lokasi konfrontasi sengit dan berdarah yang kini dianggap oleh para arkeolog sebagai medan perang tertua di Eropa.

Semuanya dimulai pada tahun 1996, ketika seorang arkeolog amatir menemukan tulang manusia yang menonjol dari tepi sungai. Penemuan kecil ini memicu penyelidikan yang jauh lebih besar, dan penggalian yang dimulai pada tahun 2008 menemukan ribuan sisa kerangka dan ratusan senjata yang diawetkan di lingkungan lembah yang masih asli. Para ahli sekarang memperkirakan bahwa sisa-sisa ini berasal dari pertempuran skala besar yang terjadi sekitar tahun 1250 SM, pada Zaman Perunggu Akhir.

Meskipun sebagian besar konflik kuno tersebut masih menjadi misteri, analisis cermat terhadap artefak yang baru ditemukan telah membawa para peneliti lebih dekat untuk memahami siapa yang bertempur dalam bentrokan brutal ini dan alasannya. Salah satu penemuan yang paling menarik adalah keberadaan mata panah – beberapa diproduksi secara lokal dan lainnya dari daerah jauh di selatan.

Analisis terbaru terhadap lusinan mata panah yang ditemukan di situs tersebut, beberapa di antaranya masih tertanam di tulang manusia, telah memberikan wawasan baru yang penting. Perbandingan bentuk dan bahan senjata menunjukkan bahwa meskipun banyak yang dibuat secara lokal, senjata lainnya memiliki karakter khas selatan dan berasal dari daerah yang jauh seperti Bavaria dan Moravia saat ini.

Penemuan mata panah selatan ini menunjukkan bahwa tentara selatan sedang melawan suku-suku utara setempat di lembah tersebut. Para ilmuwan yakin pertempuran ini mungkin terjadi di dekat landmark utama di sepanjang Sungai Tollense, sebuah lokasi yang mungkin memiliki kepentingan strategis untuk mengendalikan perdagangan atau wilayah.

Meskipun motif pasti dari pertempuran tersebut masih sulit dipahami, kehadiran pasukan jarak jauh dalam apa yang dulunya dianggap sebagai pertempuran antar suku lokal menunjukkan adanya konflik yang jauh lebih besar dan terorganisir. Hal ini bisa menulis ulang sejarah hubungan antar kawasan di Eropa Zaman Perunggu.

Medan perang Lembah Tollense menawarkan wawasan yang belum pernah ada sebelumnya mengenai periode ketika peperangan terorganisir menjadi semakin umum di Eropa. Dengan ribuan jenazah tersebar di seluruh lokasi, skala konflik jauh lebih besar dari perkiraan sebelumnya. Para arkeolog menemukan bukti luka brutal, termasuk patah tulang tengkorak dan luka tusuk, serta sisa-sisa kuda dan peralatan militer.

Seiring dengan berlanjutnya penggalian di situs Tollense, kekuatan teknologi modern membantu para arkeolog membuat penemuan yang lebih inovatif. Peralatan seperti kecerdasan buatan (AI) dan citra satelit digunakan untuk memindai lembah dan daerah sekitarnya untuk mencari lokasi tersembunyi yang mungkin memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai sifat konflik.

Penemuan mata panah selatan di situs Tollense menimbulkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Mengapa para pejuang melakukan perjalanan ratusan kilometer untuk bertarung di sini? Apa yang mereka perjuangkan? Dan mengapa pertempuran ini begitu signifikan hingga menyebabkan begitu banyak korban jiwa?

Para ilmuwan terus meneliti sisa-sisa dan artefak dari medan perang dengan harapan dapat menghasilkan gambaran yang lebih lengkap. Salah satu hipotesisnya adalah bahwa pertempuran tersebut mungkin merupakan bagian dari pertarungan yang lebih luas untuk menguasai jalur perdagangan yang melintasi wilayah tersebut. Bagaimanapun, Sungai Tollense mungkin merupakan arteri utama untuk mengangkut barang, menjadikannya hadiah berharga bagi negara mana pun yang ingin memperluas pengaruhnya.

Untuk saat ini, mata panah dan tulang belulang yang tersebar di seluruh lembah adalah saksi bisu dari perang yang terlupakan.


Sumber