Presiden Komite Olimpiade Rusia mengundurkan diri setelah hanya memenangkan satu medali di Paris

Presiden Komite Olimpiade Rusia (COR), Stanislav Pozdnyakov, mengumumkan pengunduran dirinya pada hari Selasa setelah enam tahun menjabat, sebagian di antaranya Olahraga Rusia dikeluarkan dari kompetisi internasional karena perang di Ukraina. “Tantangan geopolitik yang dihadapi negara kita menentukan perlunya mengoptimalkan dan memusatkan pengelolaan bidang-bidang utama, termasuk olahraga elit,” kata Pozdnyakov dalam sebuah pernyataan yang diposting di situs KOR.

Pozdnyakov “yakin” bahwa pada tanggal 7 November, komite eksekutif CoR akan menerima pengunduran dirinya dan mengadakan pemilihan awal. “Untuk lebih memperkuat gerakan Olimpiade Rusia, kini ada kondisi yang menguntungkan, termasuk kondisi ekonomi, untuk pergantian pemimpin dan tim,” jelasnya.

Pozdnyakov dengan tajam mengkritik Komite Olimpiade Internasional karena mencegah tim Slavia berpartisipasi penuh dalam Olimpiade di Paris, di mana Hanya 16 atlet Rusia yang ambil bagian dan memenangkan satu medali perak di tenis, ini dengan Mirra Andreyeva dan Diana Shnaider di ganda putri.

“IOC telah memihak konflik politik sejak awal, yang bertentangan dengan misinya, dan secara konsisten menerapkan perintah politik untuk mengisolasi olahraga Rusia,” katanya pada Maret tahun lalu di saluran Telegram-nya. Selain itu, dia sangat kritis terhadap atlet Rusia khususnya pemain tenis yang setuju untuk bertanding di ibu kota Prancis sebagai pemain netral, yakni tanpa bendera atau lagu kebangsaan.

Mei lalu, Menteri Olahraga Oleg Matitsin juga digantikan oleh pemimpin nasionalis Oblast Khabarovsk di Siberia, Mikhail Degtyarov. Matitsin juga mengecam keikutsertaan Olimpiade Rusia sebagai atlet individu netral (AIN), namun meyakinkan akan hal itu Moskow tidak bisa “menutup” dan memutuskan hubungan dengan federasi internasional.

Rusia mencoba mempromosikan turnamen alternatif selain Olimpiade, tetapi tujuan utamanya, yaitu Pertandingan Persahabatan Dunia terpaksa ditunda hingga tahun 2025 karena banyak atlet dari negara undangan yang menolak mengikuti kompetisi tersebut.



Sumber