Ketika bumi memanas, kekeringan mungkin menjadi faktor kunci yang mendorong orang untuk pindah ke kota: penelitian


New Delhi:

Ketika iklim menjadi lebih hangat dan memaksa orang untuk pindah, kekeringan dapat menjadi faktor utama dalam migrasi dan kota-kota akan menjadi lebih padat penduduknya, menurut sebuah penelitian yang menganalisis tren migrasi internal di 72 negara selama 50 tahun.

Meskipun migrasi, baik di dalam maupun melintasi batas negara, secara tradisional dipandang sebagai konsekuensi ekonomi atau konflik, dalam beberapa tahun terakhir faktor lingkungan memainkan peran yang semakin penting dalam proses relokasi.

Para ilmuwan telah menemukan bahwa ketika kekeringan meningkat dan daerah-daerah mengalami kekeringan, pergerakan manusia semakin cepat, yang sering kali menyebabkan migrasi ke daerah perkotaan dimana peluangnya mungkin terbatas namun dianggap lebih stabil.

“Ketika dihadapkan pada tekanan lingkungan seperti kekeringan yang berkepanjangan, banyak orang menganggap migrasi sebagai pilihan yang paling tidak buruk,” kata penulis Marco Percoco, direktur Pusat Penelitian GREEN di Universitas Bocconi di Italia.

Dengan menggunakan data sensus, para peneliti menganalisis 107.840 arus migrasi di 72 negara antara tahun 1960 dan 2016.

“Kami menemukan bahwa meningkatnya kekeringan dan kegersangan berdampak signifikan terhadap migrasi internal, khususnya di wilayah yang sangat gersang dan tandus di Eropa Selatan, Asia Selatan, Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Selatan,” tulis para penulis dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature. Perubahan Iklim.

Daerah pedesaan, terutama yang bergantung pada pertanian, merupakan daerah yang paling terkena dampak perubahan iklim. Para ilmuwan mengatakan masyarakat di wilayah ini kemungkinan besar akan merasakan dampak kekeringan yang semakin buruk.

Di tempat-tempat dimana pertanian merupakan sumber pendapatan utama, kekeringan tanah dan penyusutan sumber air secara langsung mengakibatkan hilangnya mata pencaharian, sehingga mendorong masyarakat untuk pindah ke daerah perkotaan, tambah mereka.

Para penulis berpendapat bahwa pindah ke kota merupakan sebuah strategi penanggulangan, sebuah cara bagi keluarga pedesaan untuk beradaptasi dengan kondisi yang tidak lagi kondusif bagi gaya hidup mereka.

Oleh karena itu, daerah perkotaan menjadi magnet bagi orang-orang yang meninggalkan daerah pedesaan – sebuah tren yang menurut para ilmuwan telah mengubah lanskap perkotaan karena kebutuhan dan tantangan yang dihadapi para migran memberikan tekanan yang lebih besar pada infrastruktur yang sudah luas.

Oleh karena itu, para penulis menyerukan pendekatan holistik terhadap akar permasalahan migrasi yang disebabkan oleh perubahan iklim, termasuk strategi proaktif untuk meningkatkan sistem pendukung di wilayah perkotaan.

Mereka juga menekankan perlunya kebijakan untuk membantu masyarakat pedesaan beradaptasi terhadap perubahan iklim, yang kemungkinan besar akan mengurangi kebutuhan akan migrasi.

Para penulis berpendapat bahwa pengelolaan air yang lebih baik, inovasi pertanian, dan jaring pengaman sosial dapat membantu menstabilkan populasi dan memungkinkan masyarakat untuk terus hidup tanpa harus berpindah.

(Kecuali judulnya, cerita ini belum diedit oleh staf NDTV dan diterbitkan dari feed sindikasi.)


Sumber