Pertama, Amerika Serikat menggunakan pesawat pengebom siluman B-2 yang canggih untuk melawan Houthi di Yaman


New Delhi:

Pada Rabu malam, Amerika Serikat melancarkan serangkaian serangan udara terhadap fasilitas penyimpanan senjata bawah tanah utama yang dikuasai pemberontak Houthi yang didukung Iran di Yaman. Serangan tersebut, yang dilakukan oleh pesawat pengebom siluman B-2 Spirit, menandai penggunaan pertama pesawat canggih ini terhadap sasaran Houthi sejak awal keterlibatan AS dalam konflik di Yaman.

Departemen Pertahanan AS mengonfirmasi bahwa misi tersebut mengenai lima gudang senjata Houthi yang terkubur jauh di bawah tanah. Menurut Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, fasilitas tersebut berisi senjata konvensional canggih yang digunakan oleh Houthi untuk mengancam kapal sipil dan militer yang beroperasi di Laut Merah dan Teluk Aden.

Pengerahan pesawat pengebom B-2

Pembom B-2 Spirit, yang dikenal karena kemampuan silumannya dan muatannya yang besar, mampu mengirimkan amunisi dalam jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan pesawat tempur. B-2 menawarkan kepada militer AS kemampuan yang tak tertandingi untuk menyerang sasaran bernilai tinggi yang dibentengi secara mendalam atau tersembunyi dengan baik.

Austin menjelaskan, serangan tersebut diizinkan atas perintah Presiden Joe Biden. “Ini adalah demonstrasi luar biasa dari kemampuan Amerika Serikat untuk menargetkan sasaran-sasaran yang berusaha dijauhkan oleh musuh-musuh kita, tidak peduli seberapa dalam mereka terkubur atau dibentengi,” kata Austin.

Meningkatnya ketegangan regional

Waktu serangan terjadi pada saat ketegangan meningkat di Timur Tengah, di mana sekutu AS, khususnya Israel, terus-menerus menghadapi ancaman dari Iran dan berbagai proksi regionalnya. Kelompok Houthi, yang beroperasi dari Yaman, secara konsisten melakukan serangan terhadap kapal komersial dan militer, sehingga mengganggu salah satu jalur perdagangan maritim terpenting di dunia. Serangan-serangan ini meningkat dalam beberapa bulan terakhir, dan kelompok ini mengaku bertanggung jawab meluncurkan rudal balistik dan jelajah, serta drone, terhadap kapal Angkatan Laut AS dan kapal internasional.

Tindakan Houthi di Laut Merah dan Teluk Aden, yang menargetkan kapal-kapal yang membawa senjata dari gudang bawah tanah, telah menimbulkan kekhawatiran mengenai keamanan rute perdagangan global dan kemungkinan bencana lingkungan. Pada bulan Agustus, sebuah kapal berbendera Yunani diserang, menyebabkan tumpahan minyak dan masalah lingkungan yang serius.

Pada bulan September, Houthi meningkatkan kampanye mereka, meluncurkan sekitar dua lusin rudal balistik dan jelajah, serta drone, menargetkan tiga kapal perusak Angkatan Laut AS. Meskipun tidak satu pun dari rudal tersebut mencapai sasarannya, serangan tersebut mengakibatkan peningkatan aktivitas militer pasukan AS di wilayah tersebut.

Serangan Houthi terkait dengan konflik regional

Kelompok Houthi yang didukung Iran memandang tindakan mereka sebagai bagian dari aliansi yang lebih luas dengan kelompok-kelompok seperti Hamas dan Hizbullah, yang secara aktif terlibat dalam konflik yang sedang berlangsung dengan Israel. Setelah percobaan serangan roket ke wilayah Israel pada bulan September, Houthi secara terbuka menyatakan dukungan mereka terhadap kelompok-kelompok ini. Meskipun roket tersebut akhirnya hancur di udara dan tidak menimbulkan korban jiwa, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan bahwa Houthi “akan membayar mahal” atas tindakan mereka. Sebagai pembalasan, serangan udara Israel menargetkan posisi Houthi di Yaman tak lama setelah insiden tersebut.

UNTUK MEMBACA | Bagaimana pemberontak Houthi di Yaman memperoleh rudal balistik untuk menyerang Israel

Pada minggu-minggu berikutnya, kelompok Houthi terus menembakkan roket dan drone ke Israel, sehingga semakin memperumit lanskap keamanan regional. Tindakan ini, ditambah dengan serangan Houthi yang terus berlanjut terhadap pelayaran internasional, memicu tanggapan militer yang signifikan dari Amerika Serikat dan sekutunya.

Serangan hari Rabu terhadap fasilitas Houthi menambah serangkaian tindakan militer AS yang bertujuan membatasi pertumbuhan persenjataan Houthi dan menurunkan kemampuan operasional mereka. Komando Pusat AS (CENTCOM) mengonfirmasi bahwa tidak ada korban sipil langsung akibat serangan baru-baru ini. Selama setahun terakhir, Amerika Serikat telah meningkatkan kehadiran militernya di wilayah tersebut, termasuk pengerahan aset angkatan laut yang canggih seperti kelompok penyerang kapal induk, kelompok kesiapan amfibi dan kapal perusak berpeluru kendali, serta dukungan udara dalam bentuk jet tempur dan pesawat rudal serang.



Sumber