Al Jazeera menanggapi klaim besar Israel yang melibatkan 6 jurnalis Gaza

Pasukan Israel menyebut enam jurnalis Al Jazeera di Gaza sebagai “teroris” dan menuduh mereka tergabung dalam kelompok Palestina Hamas dan Jihad Islam. Sebuah organisasi media Qatar menolak tuduhan tersebut dan menyebutnya “tidak berdasar” dan “tidak berdasar.”

Tuduhan tersebut adalah yang terbaru dalam tindakan keras Israel terhadap Al Jazeera, yang kantornya di Ramallah, Tepi Barat, diserang oleh pasukan Israel sebulan lalu dan diperintahkan ditutup selama 45 hari.

Membagikan nama dan foto enam jurnalis, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan mereka memiliki dokumen yang “membuka kedok” mereka sebagai agen Hamas dan Jihad Islam.

“IDF merilis informasi intelijen dan sejumlah dokumen yang ditemukan di Gaza yang mengkonfirmasi hubungan militer enam jurnalis Al Jazeera di Gaza dengan organisasi teroris Hamas dan Jihad Islam, termasuk tabel personel, daftar kursus pelatihan teroris, direktori telepon dan dokumen mengenai gaji teroris,” katanya.

IDF mengklaim bahwa dokumen tersebut membuktikan “integrasi teroris Hamas ke dalam jaringan media Qatar Al Jazeera”.

“Sebagian besar jurnalis yang diungkap IDF sebagai agen sayap militer Hamas menjadi ujung tombak propaganda Hamas di Al Jazeera, khususnya di Gaza utara,” kata postingan IDF.

Al Jazeera, dalam pernyataannya yang tegas, mengutuk tuduhan tersebut dan menyebutnya sebagai bagian dari “pola permusuhan yang lebih luas” terhadap organisasi media yang meliput perang di Gaza.

“Jaringan tersebut memandang tuduhan-tuduhan yang dibuat-buat ini sebagai upaya terang-terangan untuk membungkam beberapa jurnalis yang tersisa di wilayah tersebut, sehingga mengaburkan kenyataan pahit perang tersebut dari khalayak global,” bunyi pernyataan tersebut.

Media Qatar melaporkan bahwa klaim Israel tersebut menyusul pengungkapan Al Jazeera baru-baru ini tentang “potensi kejahatan perang” yang dilakukan oleh pasukan Israel selama perang Gaza.

“Al Jazeera dengan tegas menolak penggambaran jurnalis kami sebagai teroris oleh pasukan pendudukan Israel dan mengutuk penggunaan bukti palsu. Jaringan tersebut menyatakan bahwa jurnalisnya hanya menjalankan tugas profesional mereka dengan mendokumentasikan dan melaporkan dampak buruk perang terhadap dua juta warga sipil di Jalur Gaza,” lapor Al Jazeera.

Pernyataan itu juga merujuk pada laporan pekerja media yang diduga dibunuh oleh pasukan Israel selama perang yang sedang berlangsung dan menekankan komitmen mereka untuk “mengungkapkan kebenaran” di wilayah Gaza.



Sumber