Opini: Opini | Jembatan di atas Sungai Rhine dan Gangga: ‘Fokus India’ Jerman yang direnovasi

Setelah uji coba nuklir tahun 1998, perundingan Singh-Talbott menciptakan kerangka kerja untuk mengubah hubungan Indo-AS dari “demokrasi terpencil” menjadi “demokrasi yang terlibat”. Transisi serupa sedang berlangsung antara Jerman dan India, seperti yang terlihat dari laporan Jerman.Fokus pada IndiaLangkah ini disoroti menjelang kunjungan Kanselir Olaf Scholz ke New Delhi pada bulan Oktober 2024, yang menunjukkan meningkatnya kesadaran bahwa India tidak hanya merupakan aktor kunci di kawasan ini tetapi juga mitra penting di kancah global. Pernyataan Menteri Luar Negeri India S. Jaishankar pada tahun 2022 “Eropa harus tumbuh dari keyakinan bahwa masalahnya adalah masalah dunia” sangat sejalan dengan posisi Jerman, yang bertepatan dengan tatanan dunia yang lebih pragmatis dan multipolar.

Kunjungan Rektor Scholz dan pengembangan kemitraan

Kunjungan Kanselir Scholz ke India merupakan tonggak penting dalam pertumbuhan kemitraan India-Jerman. Jadwalnya termasuk konferensi pengusaha Jerman dari kawasan Asia-Pasifik di Delhi, di mana ia dan Perdana Menteri Modi berinteraksi dengan para pemimpin industri terkemuka dari kedua negara. Dengan perdagangan bilateral yang mencapai rekor EUR 30 miliar pada tahun 2023 dan minat Jerman yang kuat terhadap sektor teknologi dan manufaktur India, konferensi ini memberikan peluang untuk mengubah keterlibatan ekonomi menjadi kerja sama industri jangka panjang. Kunjungan ini menandai langkah lain dalam pengembangan Kemitraan Hijau dan Berkelanjutan antara India dan Jerman. Selain itu, kedua negara mulai merayakan ulang tahun Kemitraan Strategis yang ke-25, memberikan latar belakang yang sesuai untuk kunjungan Scholz dan menunjukkan kematangan hubungan tersebut. Scholz menyoroti kontribusi diaspora India terhadap perkembangan Jerman dan memperkenalkan India yang spesifik untuk India Strategi kerja terampil.

Implementasi baru di Barat

Penerbitan dua dokumen mengenai India menandakan datangnya era pasca-Markel dalam kemitraan India-Jerman. Nada dan isi kedua dokumen ini menunjukkan sikap positif terhadap India. Pemerintahan Scholz menghargai vitalitas demokrasi India dan berhenti menguliahi India. Fokus strategis Jerman terhadap India menyoroti tiga tema utama yang menggarisbawahi pertumbuhan posisi India di dunia. Pertama, perubahan lanskap geopolitik telah menyebabkan Jerman dan negara-negara Barat memandang India bukan hanya sebagai sekutu sesekali, namun sebagai mitra strategis yang memiliki pengaruh jangka panjang. Perubahan ini tercermin dalam dokumen strategi terbaru Jerman, “Fokus pada India”, yang menandakan peralihan dari kerja sama episodik menjadi kemitraan yang berkomitmen. Dokumen tersebut menekankan bahwa India adalah “pembuat kebijakan internasional yang sentral dan aktif.” Negara-negara Barat semakin mengakui kemampuan India untuk memberikan kontribusi strategis, yang mencerminkan hubungan yang matang dan responsif dibandingkan reaksioner terhadap tantangan global bersama. Mirip dengan perubahan kebijakan AS terhadap India setelah tahun 1998, pendekatan Jerman kini menekankan peran India sebagai mitra yang dapat diandalkan di berbagai bidang seperti ketahanan ekonomi, teknologi, dan pembangunan berkelanjutan.

Dalam Fokus pada India, identifikasi India sebagai “penstabil” di Indo-Pasifik menyoroti tema utama kedua: jangkar stabilitas India, baik di kawasan ini maupun dalam isu-isu global yang lebih luas. Di tengah meningkatnya kekhawatiran mengenai pengaruh Tiongkok, Jerman memandang India sebagai hal yang penting bagi Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka. Oleh karena itu, hal ini mengakui komitmen India untuk melindungi keamanan maritim dan mempertahankan kedaulatannya. Kunjungan Kanselir Scholz baru-baru ini ke kapal fregat Jerman Baden-Württemberg di Goa semakin menggarisbawahi posisi ini, menyoroti keselarasan visi Jerman untuk kawasan Indo-Pasifik dengan prioritas keamanan India. Ketika India dan Jerman memperkuat hubungan mereka di kawasan Indo-Pasifik, kemitraan mereka bergerak melampaui tujuan transaksional menuju prinsip-prinsip kebebasan bersama dan saling menghormati kedaulatan. Hal ini mencerminkan perubahan mendasar dalam pendekatan Jerman terhadap kawasan Indo-Pasifik. Pada tahun 2020, pemerintah Jerman Pedoman Kebijakan Indo-Pasifik menyebut India sebagai “mitra Indo-Pasifik lainnya.”

Terakhir, posisi unik India sebagai jembatan pragmatis dan andal dalam konflik kompleks seperti perang Rusia-Ukraina mendapatkan pengakuan internasional. Tidak seperti negara-negara besar lainnya, India mempertahankan saluran diplomatik terbuka dengan semua pihak yang berkonflik, termasuk Amerika Serikat, Jerman, Rusia dan Ukraina. Pertemuan puncak BRICS plus yang baru-baru ini diadakan di Kazan, Rusia, memberi isyarat bahwa India berada pada posisi geopolitik terbaik di dunia. Penerimaan Jerman terhadap sikap netral India menggarisbawahi pemahaman bahwa kemandirian dalam pengambilan keputusan dan fokus pada hubungan jangka panjang membentuk kebijakan luar negeri India. Berbeda dengan Tiongkok, yang kepentingannya seringkali berbeda dengan prioritas negara-negara Barat, India mendorong stabilitas global dengan tidak memperlakukan krisis hanya sebagai transaksi. Persepsi mengenai India sebagai jembatan yang pragmatis namun penuh empati memperkuat kredibilitasnya di panggung global dan menunjukkan nilai India dalam menangani konflik geopolitik dengan sensitif dan dapat diandalkan.

Secara keseluruhan, tema-tema ini menunjukkan perubahan mendasar: Jerman dan negara-negara Barat mulai beralih dari memandang India sebagai sekutu regional menjadi mengakui India sebagai mitra strategis dengan pengaruh stabilisasi dan mediasi yang diperlukan bagi dunia multipolar saat ini.

Keterbatasan dan kesimpulan

Kebijakan Jerman yang “Fokus pada India” menandai peralihan dari hubungan jarak jauh dan bersifat episodik dengan New Delhi menjadi kerja sama strategis yang permanen berdasarkan rasa saling menghormati kedaulatan dan nilai-nilai. Namun, meski Jerman mengakui pentingnya India, kebijakan yang dicakupnya – yaitu penutupan wilayah Kashmir yang tidak kentara dalam peta – menyoroti sensitivitas yang masih ada. Selain itu, dokumen Fokus pada India tiga kali mengacu pada apa yang disebut “Selatan Global”. Di Barat, istilah ini sering dianggap remeh. Namun, New Delhi dan lebih dari 100 ibu kota di seluruh dunia dengan bangga mengidentifikasikannya. Nada menghina dari istilah ini menekankan perlunya melakukan perjalanan bersama di jalur kemitraan.

Namun, evolusi ini mencerminkan pergeseran Jerman dari pendekatan Eurosentris ke pendekatan multipolaritas global yang realistis. Dengan memandang India sebagai mitra sejati, bukan sekedar sekutu regional, Jerman beradaptasi dengan tatanan dunia yang sedang berkembang. Aliansi ini menawarkan peluang bersejarah bagi kedua negara untuk mengatasi tantangan bersama, memacu pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan stabilitas dalam menghadapi perubahan global.

Abhishek Chaudhari saat ini sedang istirahat studinya untuk melanjutkan karirnya di Harvard Kennedy School. Aniket Bhavthankar adalah pemegang beasiswa beasiswa doktoral Konrad Adenauer Stitung.

Penafian: Ini adalah pendapat pribadi penulis

saya menunggu menjawab memuat…

Sumber