KOTA BACOLOD – Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina (Phivolcs) pada hari Selasa memperingatkan adanya peningkatan emisi sulfur dioksida dari Gunung. Kanlaon di Pulau Negros.
Emisi gasnya rata-rata mencapai 10.074 ton pada hari Senin, emisi tertinggi kelima gunung berapi yang tercatat sejak pemantauan gas instrumental dimulai, kata Mari-Andylene Quintia, ahli vulkanologi Phivolcs di Observatorium Gunung Api Kanlaon.
Uap belerang dilaporkan di Barangay Masulog dan Canlaon City dan pada tingkat lebih rendah di Barangays Panubigan dan Binalbagan juga di Canlaon.
“Tidak ada laporan mengenai uap belerang di sisi barat Negros karena angin bertiup ke arah sisi timur gunung berapi,” kata Quintia.
Meskipun terjadi hujan, tidak ada laporan mengenai aliran lahar karena puing-puing vulkanik letusan Kanlaon pada bulan Juni telah tersapu bersih.
Artikel berlanjut setelah iklan ini
Kanlaon telah melepaskan gas dengan konsentrasi sulfur dioksida yang meningkat pada tahun ini dengan rata-rata 1.273 ton per hari sebelum letusan tanggal 3 Juni, namun emisi sejak saat itu sangat tinggi, dengan rata-rata saat ini sebesar 4.210 ton per hari.
Artikel berlanjut setelah iklan ini
Phivolcs mengatakan paparan sulfur dioksida dalam waktu lama, terutama di komunitas dekat akumulasi bulu-bulu saat kondisi angin sepoi-sepoi, dapat mengiritasi mata, tenggorokan, dan saluran pernapasan.
Orang yang mungkin sensitif terhadap sulfur dioksida adalah mereka yang memiliki masalah kesehatan seperti asma, penyakit paru-paru dan jantung; orang tua; wanita hamil; dan anak-anak.
Phivolcs menyarankan warga untuk menghindari aktivitas di luar ruangan, tetap berada di dalam rumah dan memakai masker wajah N95.
Masyarakat juga diingatkan bahwa Kewaspadaan Tingkat 2 (peningkatan kerusuhan) terjadi di Gunung Kanlaon, dan aktivitas saat ini dapat menyebabkan kerusuhan yang meletus.
Masyarakat diimbau untuk bersiap dan menghindari memasuki Zona Bahaya Permanen dengan radius empat kilometer untuk meminimalkan risiko bahaya gunung berapi seperti arus kepadatan piroklastik, proyektil balistik, dan jatuhnya batuan.
Phivolcs mengatakan otoritas penerbangan sipil juga harus menyarankan pilot untuk menghindari terbang di dekat puncak gunung berapi karena abu dan pecahan balistik dari letusan mendadak dapat membahayakan pesawat.