Di desa Ichinono di pedesaan Jepang, sebuah solusi unik telah muncul untuk membantu memerangi kesepian dan kehampaan. Desa yang berpenduduk kurang dari 60 orang, sebagian besar sudah lanjut usia, kini menggunakan boneka-boneka yang terlihat hidup untuk menggantikan mereka yang telah meninggalkan daerah tersebut. Menurut Berita dari surgabanyak penduduk muda yang bermigrasi ke kota untuk mencari pendidikan dan pekerjaan, meninggalkan komunitas yang menua. Untuk mengatasi kekosongan ini, penduduk desa secara kreatif membuat boneka dari pakaian, kain, dan manekin bekas.
Boneka-boneka realistis ini sekarang menghuni desa, memberikan persahabatan dan vitalitas. Manekin yang terlihat nyata, menggambarkan anak-anak bermain dan orang dewasa melakukan aktivitas sehari-hari, memberikan penghormatan kepada komunitas dinamis yang pernah berkembang di Ichinono. Di antara banyak boneka tersebut terdapat seorang gadis di ayunan yang mengenakan topi beanie, dan seorang anak laki-laki yang tersenyum berdiri di atas skuter. Boneka lainnya duduk di atas sepeda dan memakai helm merah. Di tempat lain, boneka dewasa dan anak-anak melakukan aktivitas sehari-hari seperti mengumpulkan kayu bakar.
Foto-foto baru mengenai “desa boneka” di Jepang, tempat boneka dibuat untuk meniru kehadiran anak-anak, kini jumlahnya melebihi jumlah penduduk yang sebagian besar berusia lanjut. Tidak ada yang bisa menyampaikan kesepian lebih baik daripada boneka yang diam dan tidak bergerak.
[📸 – Philip Fong via Getty Images] pic.twitter.com/EJqgxlWxB7
— Musik Morgan (@MorganInternet) 29 Oktober 2024
“Jumlah boneka mungkin melebihi jumlah kami,” kata Hisayo Yamazaki, seorang janda berusia 88 tahun, kepada AFP.
Ia menambahkan sebagian besar keluarga di Ichinono memiliki anak yang didorong untuk pindah ke tempat lain. “Sekarang kami menanggung akibatnya,” tambahnya.
Namun, Rie Kato, 33, dan Toshiki Kato, 31, melawan tren tersebut dan pindah dari Osaka ke pedesaan. Putra mereka yang berusia dua tahun, Kuranosuke Kato, membuat sejarah sebagai anak pertama Ichinono dalam 20 tahun, menurut Kementerian Dalam Negeri Jepang.
“Putra kami, yang lahir di sini, mendapat manfaat dari cinta, dukungan, dan harapan banyak orang, meskipun dia belum mencapai apa pun dalam hidupnya,” kata ayahnya.
Khususnya, populasi lansia di Jepang telah mencapai angka tertinggi sepanjang masa dengan 36,25 juta warga berusia 65 tahun ke atas, mewakili 29,3% dari total populasi. Sementara itu, populasi Jepang secara keseluruhan terus menurun, dan tahun 2023 akan menandai penurunan selama 15 tahun berturut-turut.
Perubahan demografis juga ditandai dengan rekor angka kelahiran yang rendah (pada tahun 2023 hanya akan ada 730.000 bayi baru lahir) dan angka kematian tertinggi yang pernah ada, yaitu 1,58 juta jiwa. Banyak negara maju juga menghadapi bom demografi yang sama, namun Jepang, yang memungkinkan tingkat imigrasi relatif rendah, sudah memiliki populasi tertua kedua di dunia setelah Monaco.