MANILA, Filipina — Laporan Numbeo Crime Index terbaru menempatkan Manila sebagai kota paling berbahaya di Asia Tenggara, mencerminkan peningkatan signifikan dalam tingkat kejahatan dan meningkatnya rasa takut di kalangan penduduk.
Kota ini menerima skor indeks kejahatan sebesar 64,23, dengan peringkat tinggi sebesar 72,51 dalam kejahatan keseluruhan, 71,26 dalam kejahatan properti, dan 71,12 dalam kejahatan kekerasan.
Statistik ini menyoroti kekhawatiran yang meluas mengenai pencurian, perampokan, penyerangan dan perampokan bersenjata.
Persepsi masyarakat terhadap keselamatan di Manila juga menurun drastis, terutama pada malam hari, dengan indeks keselamatan turun hingga mencapai angka 29,96 yang mengkhawatirkan.
Sebaliknya, di bawah pemerintahan mantan walikota Isko Moreno, dari tahun 2019 hingga 2022, Manila mengalami penurunan kejahatan yang signifikan.
Artikel berlanjut setelah iklan ini
Pada saat itu, Indeks Kejahatan Numbeo di Manila adalah 59,4%.
Artikel berlanjut setelah iklan ini
Data Kepolisian Nasional Filipina (PNP) menunjukkan penurunan volume kejahatan sebesar 45%, dari 20.517 insiden pada tahun 2019 menjadi 11.231 pada tahun 2020.
Moreno menerapkan beberapa strategi pencegahan kejahatan, termasuk meningkatkan kehadiran polisi dan memasang 1.000 kamera televisi sirkuit tertutup (CCTV) di seluruh kota, memungkinkan pemantauan yang lebih baik dan respons real-time terhadap aktivitas kriminal.
Perbedaan yang mencolok dalam pemeringkatan dan data kejahatan menggarisbawahi tantangan yang saat ini dihadapi oleh pemerintahan Walikota Honey Lacuna.
Ketika kota ini menghadapi peningkatan kejahatan dan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap keselamatan, temuan laporan Numbeo menyoroti kebutuhan penting akan strategi pencegahan kejahatan yang lebih efektif dan langkah-langkah penegakan hukum yang kuat.